
Cerita Sex Menggairahkan | Kenalkan namasaya Emmy, diumurku yang bergerak kepala 3 saya masih melajang, walau sebenarnya saya tidak buruk, kulitku putih dengan muka yang cantik, tingi 171 cm, diusiaku sekarang statusku masih gadis, jika dengan medis seorang wanita diusia begitu untuk memiliki keturunan telah melalui.Terkadang saya frustasi jika dengar berita dari dokter, tetapi jika saya ingat – ingat terus semua membuat saya susah, jadi saya tidak terbenam dalam kesedihanku, saya tetap cari pekerjaan yang dapat membuat saya bahagia.
Tetapi ada yang terus menerus mengganjal di batinku. Permasalahan sex ! Rasa-rasanya tidak awal untuk cewek seusiaku seringkali pikirkan hal yang satu itu. Bahkan bisa saja telah telat. Tetapi mending telat dibanding tidak.Ya. Jika saya telah memikirkan yang satu itu, saya jadi bingung sendiri serta tidak tahu apa yang perlu kulakukan.Walau sebenarnya saya seringkali Mbakton film bokep, baca cerita-Cerita Dewasa serta dengar dari sana sini mengenai enaknya hubungan seksual dengan pria. Tetapi saya cuma dapat memikirkannya. Sebab tidak pernah merasakan. Yang pasti ada keinginan di batinku, keinginan untuk merasakan.
Tetapi beginilah takdir wanita timur. Sekalinya ada keinginan yang terpendam, saya tidak dapat seperti golongan pria yang dapat semaunya cari mangsa pelampiasan. Ditambah lagi untuk dengan status belum menikah seperti saya, dapat disebut perawan tua.
Ketegangan serta keinginan terpendam ini berjalan beberapa bulan. Sampai dalam satu hari, saya ingat pada Roni, anak buah ayahku yang seringkali hadir ke rumah. Saya memiliki nomor handphonenya, tetapi tidak pernah memakainya. Di hari itu, saya membulatkan tekad menelepon pria 26 tahunan itu.
“Lagi ngapain Ron?”
“Ehh…Mbak Sinta….tumben nelepon? Saya di bengkel Mbak. benerin motor.”
“Sendirian?”
“Iya. Mengapa Mbak? Ingin ditemenin?”
“Mau sih…tapi takut istrimu ngambek.”
“Hahaha…masa nemenin putri bossku ngambek?”
“Tapi saya ingin ditemaninnya sepanjang hari. Dapat tidak?”
“Siap Mbak. Tetapi harus pada hari libur.”
“Minggu akan datang ini bagaimana?”
“Boleh.”
“Tapi cuma kita berdua saja Ron. Jangan ngajak sapa-sapa. Serta jangan bilang-bilang sama Papah.”
“Iya…iya…mau ditemenin ke mana?”
Saya lantas mengatakan salah satunya wilayah wisata di dekat kotaku.
“Ke sana harus pakai mobil Mbak.”
“Iya, pakai taksi saja. Kelak kujemput dalam tempat yang telah dipastikan. Deal?”
“Deal…tapi saya bokek Mbak. Cocok tanggung bulan nih.”
“Semua saya yang tanggung Ron. Enjoy saja.”
“Oke deh jika begitu. Jam berapakah berangkatnya?”
“Lebih pagi lebih baik. Agar jangan kemalaman pulangnya.”
Narasi Mesum – Nikmati Memek Semok Perawan Tua | Di hari Minggu yang telah dijanjikan, jam 9 pagi saya serta Roni telah sekedar duduk berdua di gubuk beratap ijuk serta ada di dekat air terjun. Situasi masih sepi, maklum massih pagi. Diperjalanan saya belum bicara apa-apa. Sebab saya tidak ingin sopir taksi dengar permasalahan yang perlu dirahasiakan ini.
“Ron…tau tidak mengapa saya ngajak kesini?” tanyaku sesudah belasan menit nikmati indahnya panorama di seputar air terjun ini.
“Mungkin di dalam rumah Mbak jemu, lantas ingin refreshing di sini,” sahut Roni sekalian menyalakan rokoknya.
“Bukan Ron. Saya perlu bantuanmu, please…”
“Dibantu dalam hal apa Mbak?” Roni menatapku. Hmm…memang ganteng anak buah ayahku ini. Rasa-rasanya saya tidak salah pilih walau saya tahu ia telah beristri.
“Ini benar-benar rahasia Ron. Maukah kamu janji tidak untuk mengemukakan ini pada siapa juga?”
“Iya Mbak, saya janji…” Roni mengangguk-angguk. Lantas mengepulkan asap rokok dari mulutnya.
Saya sendiri senang merokok. Karenanya kukeluarkan rokok mentholku dari tas kecilku, untuk menentramkan diri, sebab saya akan ucapkan beberapa kata yang begitu penting buatku.
Narasi Mesum – Nikmati Memek Semok Perawan Tua | Sesudah menyalakan rokok serta menyedotnya dalam-dalam, saya menggenggam pergelangan tangan Roni sekalian mendekatkan mulutku ke telinganya. Serta mengatakan 1/2 berbisik, “Aku ingin rasakan hubungan seksual, Ron…please Ron….kamu dapat kan?”
Roni tersentak, tentu terkejut serta tidak menduga jika saya ingin mengulas permasalahan itu.
“Mbak becanda apa serius?” Roni menatapku, masih dengan tatapan sopan, sebab saya ini putri bossnya.
“Serius Ron. Umurku telah tigapuluhlima tahun. Lumrah kan jika saya ingin merasakan?”
“Emangnya Mbak belum pernahsama sekali?”
“Belum Ron. Jangankan hubungan seksual. Ciuman saja tidak pernah. Sumpah deh. Semula saya menjaga kesucianku, untuk suamiku pada malam pertama. Tetapi sampai ini hari belum ada juga yang ingin nikah dnganku. Karena itu kupikir tidak ada fungsinya menahan-nahan diri . Biarkanlah virginitasku untuk kamu saja Ron.”
“Tapi Mbak kan tahu, saya telah memiliki istri.”
“Biar saja. Saya tidak meminta dikawin kok. Saya cuma ingin rasakan hubungan seksual saja. Ingin banget…..”
Situasi waktu itu tetap sepi. Umumnya jam 12 mulai banyak pengunjung yang ingin refreshing dalam tempat yang sejuk serta indah ini. Roni terdiam. Tetapi tangannya tidak diam. Mulai mengelus betisku. Membuatku merinding syur. Ih, belum apa-apa telah dag-dig-dug gini. Kubiarkan saja tangannya menyelusup ke balik gaun putihku, menyelusuri pahaku sampai ke pangkalnya. Kemungkinan memang seharusnya semacam itu awalannya.
Serta tanpa ada basa-basi tangan Roni menyelusup ke balik celana dalamku. Masih kubiarkan. Serta saya ingin diperlakukan semacam itu. Karena itu kurasakan jemarinya mulai mengelus-elus jembut serta bibir kemaluanku…oooh…baru dielus jari saja telah berasa nikmatnya. Karena itu kubiarkan saja semua itu berlangsung. Dengan keinginan makin menggila.
“Kita tidak kemungkinan dapat mengerjakannya di sini Mbak,” kata Roni 1/2 berbisik, “Kalau terlihat orang lain kan dapat ramai.”
“Ya iyalah,” sahutku sekalian meredam tangan Roni supaya jangan menjauh dahulu dari Vaginaku, sebab elusannya geli-geli enak. Serta ini kali pertamanya Vaginaku disentuh tangan pria.
“Emang saya tidak ngajak di sini. Disana kan ada hotel, jalan kaki sepuluh menit sampai,” kataku sekalian menunjuk mengarah selatan, “Nanti disana saja mainya. Tetapi oooh…jangan cabut dahulu tanganmu Ron…elusanmu kok enak sekali….”
Jadi jawaban, Roni mengangsurkan bibirnya ke bibirku sekalian menanyakan, “Beneran tidak pernah di cium?”
“Bener Ron…ngapain saya bohong..” sahutku sekalian biarkan bibirnya semakin dekat serta semakin dekat ke bibirku. Lantas dia melumat bibirku, sesaat tangannya masih mengelus Vaginaku, hingga saya terkejang-kejang dalam perasaan yang indah serta nikmat.
Tetapi lantas kubayangkan alangkah indahnya jika semuanya dikerjakan di kamar tertutup, hingga saya serta Roni akan bebas lakukan apapun.
“Ayo Ron…kita ke hotel saja yok,” kataku sekalian mencium pipi Roni.
Roni mengangguk serta keluarkan tangannya dari balik celana dalamku.
Kami meninggalkan gubuk yang menyengaja dibuat oleh dinas parawisata itu, selanjutnya ke arah hotel yang tidak jauh dari pintu masuk ke taman itu. Satu hotel kecil tetapi bersih, membuatku suka cek ini disana. Kamarnya tidak besar. Cuma berisi satu tempat tidur besar serta bangku dua buah. Ada pula cermin besar pada dinding serta disiapkan dua helai handuk bersih berikut sabun mandi.
Tidak sama dengan waktu di dekat air terjun barusan, sesudah ada di kamar hotel itu Roni jadi agressif. Demikian masuk ke kamar serta sesudah menguncikan pintunya, ia langsung menerkamku. Memelukku dengan ciuman ganas di bibir serta leherku.
Ini yang kuinginkan. Tetapi saya tidak tahu langkah membalasnya. Saya cuma memeluknya dengan penuh keinginan, dengan jantung berdegup kencang serta memikirkan apa yang akan berlangsung dengan pikiran penuh tanda pertanyaan.
“Buka ya pakaiannya, agar jangan kusut,” kata Roni sekalian mencium pipiku dengan bibir berasa hangat.
Saya mengangguk sekalian tersenyum. Walaupundengan malu-malu kutanggalkan gaun serta underwearku, hingga tinggal CD serta BH saja yang masih menempel di tubuhku.
“Hmmm…ternyata tubuhmu mulus sekali Mbak,” kata Roni sekalian mengelus perutku.
“Mulus tetapi gendut…” kataku.
“Ah…gak berapa gendut…malah terlihat seksi gini….” Roni melepas kancing BHku yang bernomor 40.
“Wow…ini baru toge…” kata Roni sesudah melepaskan behaku. Lantas meremas buah dadaku yang besar ini secara halus.
“Kok kamu sendiri masih baju komplet begitu? Membuka dong agar adil,” kataku sekalian melepas kancing pakaian kausnya, selanjutnya dia sendiri yang menanggalkannya. Diikuti dengan pelepasan celana denimnya yang berwarna biru gelap.
Roni justru melakukan tindakan bertambah cepat. Dia melepaskan semua yang menempel di tubuhnya. Hingga dia lebih dulu telanjang bundar. Yang membuatku berdebar-debar ialah saat lihat Penisnya yang terlihat telah keras, mengacungkan dengan gagahnya. Saya tidak paham apa Penis Roni itu termasuk kecil atau besar, pendek atau panjang, entahlah…karena baru sekali itu saya lihat Penis dalam fakta (jika tonton dari film-film bokep sich seringkali).
Saat Roni naik ke atas tempat tidur, saya tidak kuat meredam keinginan, ingin menggenggam Penisnya yang terlihat telah tegang itu.
“Ini harus diapain Ron?” tanyaku lugu sekalian memegang penis Roni yang telah keras serta hangat itu.
“Ya dimasukin ke memek Mbak nanti…makanya membuka dong celana dalamnya agar leluasa…” sahut Roni sekalian turunkan celana dalamku dengan berhati-hati. Dikit demi sedikit kemaluanku mulai terbuka….lantas terbuka seluruhnya sesudah celana dalamku dilemparkan ke dekat bantal oleh Roni.
“Hmm…kebayang…memek perawan tentu enak,” kata Roni sekalian mengelus-elus jembutku yang kubiarkan tumbuh liar serta lebat sekali.
Selanjutnya Roni menggerakkan dadaku secara halus, agar saya merebahkan diri dalam tempat tidur yang cukup besar ini. Saya juga manut saja. Serta kataku, “Aku turuti petunjuk kamu saja Ron. Jangan diketawain ya…soalnya saya masih bodoh sekali. Kira saja saat ini saya hanya anak TK.”
“Santai saja, Mbak…kita kerjakan dengan smooth and clear…tapi bagaimana jika Mbak hamil kelak?”
“Wah, jangan buat hamil dong. Saya tidak akan nuntut apa-apa, asal tidak sampai hamil saja.”
“Berarti padaa waktu ingin ejakulasi, harus dicabut serta dilepaskan di luar.”
“Terserah…pokoknya asal tidak hamil saja. Kamu pasti lebih pengalaman dalam hal itu.”
“Iya, tenang saja. Saya jamin tidak akan hamil. Tetapi besok-besok jika ingin aman, pasang alat KB saja di dokter. Bilangnya telah memiliki suami begitu. Jangan ngaku masih lajang.”
“Oke….” sahutku dengan senyum.
Roni rebah di sampingku, sama-sama bertemu serta mulai asik mendustai payudaraku. Sebelumnya hanya diremasnya secara halus. Lama kelamaan dia mulai mengulum pentilnya, berasa disedot-sedot seperti anak kecil menyusu pada ibunya. Tetapi ujung lidahnya berasa bergerak, menyapu-nyapu pentil payudaraku yang benar-benar montok ini. Saya jadi geli-geli enak dibuatnya.
Serta jarinya merayap ke bawh, mengarah Vaginaku . Kemungkinan meneruskan yang berhenti di dekat air terjun barusan. Tapi…oh…elusannya di bibir kemaluanku…lalu elusan di clitorisku ini…benar2 membuatku mengejang-ngejang dalam nikmat yang mengagumkan. Baru dimainkan dengan jemari saja telah ini nikmatnya, ditambah lagi jika penisnya telah dimasukkan…oooh…aku tidak sabar untuk merasakan. Tetapi saya harus meredam diri supaya acaranya tidak kalut, karea saya belum pahami apa-apa.
Selang beberapa saat dia meminta supaya saya menelentang. Pikirku mau masukkan penisnya ke vaginaku. Tetapi nyatanya tidak. Dia justru menciumi pusar perutku. Lantas alami penurunan mengarah kemaluanku.
Saya kaget saat dia mulai menciumi kemaluanku. Tetapi lantas ingat film-film bokep yang pernah kutonton dari laptopku. Karenanya saya diam saja, sebab kemungkinan sebaiknya semacam itu. Karena itu saya juga menurut saja saat ke-2 pahaku diminta supaya direntangkan selebar kemungkinan. Mengikuti perintahnya dengan jantung makin deg-degan.
LAlu saya diam saja sekalian memandang langit-langit kamar hotel. Serta mendadak saya merasakan suatu hal yang geli mengagumkan, tetapi gelinya geli enak. Rupanya Roni mulai menjilati vaginaku. Oh, ini gila sekali nikmatnya. Lebih saat kurasakan jilatannya terpusat di kelentitku, oooh..saya mulai tidak dapat meredam rintihan-rintihan histerisku, “Rooob…ooooh…kok enak sekali Ron….oooh….iya Ron…terus Ron….iya clitorisnya enak sekali….kamu gila Ron…kamu pintar sekali Ron…..oooh….addduuuh….”
Saya menggeliat-geliat dalam arus nikmat yang mengagumkan. Sekujur tubuhku seakan dialiri arus listrik yang membuatku berdenyut dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun. Serta selang beberapa saat saya rasakan liang vaginaku berkedut-kedut….serta saya merasakan seperti melejit ke angkasa, lantas jadi takut jatuh…membuatku mendesah, “Rooobiiiii….oooooh….”
Saya tidak paham apa yang sedang berlangsung waktu itu. Terakhir lantas tahu jika itu yang disebutkan orgasme.
Waktu itu yang saya tahu, Roni seperti menyengaja ingin membuat vaginaku basah sebasah-basahnya. Tidak cuma lendirku sendiri yang membasahi vaginaku, dan juga air liur Roni yang ini jumlahnya.
Selanjutnya Roni naik serta menelungkup di atas dadaku sekalian arahkan moncong penisnya ke mulut vaginaku. “Sengaja kubikin becek dahulu, agar tidak sakit waktu penetrasi,” tuturnya sekalian berupaya menempatkan penisnya di tengahnya mulut vaginaku. Selanjutnya saya rasakan tekanan penisnya, membuat napasku ketahan.
“Pahanya lebih direnggangkan Mbak,” kata Roni yang kuturuti juga.
Lantas berasa tekanan penis Roni…kuat sekali….aaah…mulai membenam sedikit. Saya semakin renggangkan pahaku agar Roni tidak kesusahan memasukkan tangkai kemaluannya.
Saya seringkali dengar begitu susahnya meneRonos kegadisan pada malam pertama, justru tuturnya ada yang sampai satu minggu baru sukses. Tetapi Roni tidak semacam itu. Saya rasakan dikit demi sedikit tangkai kemaluannya membenam ke liang vaginaku. Tetapi ia tidak menggerakkan langsung sampai selesai, tetapi digeser-geser dahulu, lantas lama-lama semakin dalam masuknya.
“Sakit?” tanyanya saat kurasa ada yang sedikit perih di vaginaku. Kemungkinan sebab selaput daraku (hymen) telah tertembus penis Roni.
“Sakit sedikit….” sahutku.
“Tahan ya sakitnya…hanya pertama-tama ini saja berasa cukup sakit, nanti sich tidak sakit .”
“Iya….saya kuat metahan sakit kok…tuntaskan saja Ron,” sahutku sekalian mencumi hidung serta mata Roni .
Lantas desir-desir nikmat itu lama-lama semakin riil saat penis Roni mulai menggelusur-gelusur di liang vaginaku. Oh, pantaslah orang katakan bersenggama ini seperti ada di surga dunia. Saya mulai merasakan sekarang, saat Roni mulai menggerakkan penisnya dengan teratur…masuk makin dalam, ditariklagi, didorong lagi…oooh…ini mengagumkan nikmatnya…sehingga rintihan-rintihan nikmatku berlontaran demikian saja : “Ron…oooh…Ron…enak sekali Ron….oooh….Ron…iya Ron….enak Ron….oooh….”
Roni mendekap leherku sekalian berbisik, “Memek Mbak enak banget…wah..ini bener-bener memek perawan…luar biasa nikmatnya Mbak….” Saya tidak paham apa ucapannya itu keluar dari kejujurannya atau cuma ingin menyenangkan hatiku. Yang pasti tanganku meremas-remas rambut Roni sampai kusut masai, sebab meredam geli-geli nikmatnya enjotan penis Roni yang ada di jepitan liang kemaluanku.
Roni mulai ganas melumat bibirku sekalian meremas-remas buah dadaku dengan cukup keras, sesaat penisnya masih mengenjot liang kemaluanku. Oh, ini sangat nikmat. Hingga saya seringkali terpejam-pejam dibuatnya. Batinku seakan melayang di langit ke-7. Mengagumkan indah serta enaknya.
Waktu itu saya belum mengetahui apa yang sedang berlangsung saat mendadak saa sekuur tubuhku mengejang di pucuk kenikmatanku, selanjutnya sisi dalam vaginaku berasa berkedut-kedut, lantas seperti ada yang mengalir di dalamnya. Saat ini saya tahu jika waktu itu saya mengalami pucuk orgasme. Pucuk dari semua kesenangan dalam bersenggama.
Entahlah berapakah kali saya alami hal tersebut. Yang pasti keringat Ronbi mulai berjatuhan di tubuhku. Berasa lama-lama semakin hangat. Tetapi saya tidak perduli dengan semua itu, terkecuali satu hal..jika enjotan tangkai kemaluan Roni mengagumkan nikmatnya. Membuatku kadang pejamkan mata dengan mulut ternganga, kadang melotot serta meredam napas dalam syur.
Sampai dalam satu waktu, mendadak saja Roni mencabut batangg kemaluannya, selanjutnya bergegas naik ke atas perutku, sekalian menggenggam penisnya yang telah berlumuran lendirku.
Lantas terdengar dia mendengus panjang. Serta moncong penisnya menyembur-nyemburkan cairan kental hangat ke buah dadaku, ke leherku serta ke pipiku. Saya dapat menyangka jika itu air mani Roni. Gilanya saya justru suka dada serta mukaku disemproti cairan kental itu. Serta yang di pipi kuusap serta kujilati dari telapak tanganku.
Roni juga mencium keningku diikuti dengan bisikan hangat, “Mbak benar-benar memuaskan….”
“Masa sich?” saya bangun serta mendapatkan handuk yang disiapkan oleh hotel. Kuseka keringatku yang sudah bersatu aduk dengan keringat Roni. Saat melirik mengarah seprai, kulihat ada kubangan darah yang telah muai jadi kering. Hmm…itulah darah perawanku.
Saya telah jadi wanita yang komplet, yang betul-betul dewasa. Saya tidak menyesalinya, serta hatiku bahagia sekali. Karena itu dengan mesra kupeluk Roni disertai bisikan, “Terimakasih Ron. Saat ini saya betul-betul telah jadi wanita yang dewasa. Saya bahagia sekali.”
“Terimakasih Mbak. Sebab Mbak telah mempercayakannya padaku. Tidak hanya dibanding itu, saya alami kenikmatan yang mengagumkan,” sahut Roni diikuti dengan kecupan hangat di bibirku.
“Kalau dibanding dengan istrimu tentu saya tidak ada apa-apanya kan?”
“Gak Mbak. Kemungkinan sebab dengan istri seakan cuma menunaikan keharusan saja. Telah begitu hapal seluk beluknya. Tetapi dengan Mbak baru saja, mengagumkan. Sebetulnya Mbak ini seksi sekali. Bodoh cowok-cowok yang tidak ingin sama Mbak.”
MINGGU itu betul-betul Minggu yang indah serta mengagumkan. Pada hari itu saya telah jadi wanita yang komplet, walau belum bersuami. Sesudah ada di dalam rumah, sampai tengah malam saya tidak dapat tidur. Bukan lantaran cemas, tetapi sebaliknya. Asik kembali kenang keindahan yang berlangsung siang harinya.
Roni memang penuh kelembutan serta benar-benar waspada memperlakukanku. Waktu kutanya, apakah benar pengantin baru dapat 5 kali bersetubuh pada malam pertamanya, Roni menjawab, “Memang benar. Tetapi tindakan semacam itu menyiksa wanitanya. Sebab cedera di vaginanya belum kering, lantas dihajar terus menerus. Saya tidak ingin semacam itu.
Saya ingin cedera di vagina Mbak jadi kering dahulu. Jika telah betul-betul pulih, mari kita habis-habisan. Saya memiliki banyak langkah untuk memuasi Mbak kelak. Santailah dahulu. Sembuhkan dahulu cedera di vagina Mbak. Kelak kita ketemuan . Tidak perlu jauh ke sini…di dalam kota banyak juga hotel yang dapat kita gunakan. Jadi tidak menghabiskan waktu di jalan.”
Saya sepakat pada pendirian Roni itu. Saya akan bersabar sampai perih di vaginaku musnah. Lantas habis-habisan nikmati keindahan terkait tubuh dengan Roni .
Cuma dalam dua hari perih di vaginaku hilang. Tetapi lantas ada gatal-gatal. Kemungkinan sebab cedera yang telah jadi kering biasa memunculkan gatal. Tetapi gilanya, saya pikirkan gatal-gatal ini tentu enak sekali jika digesek oleh penis Roni. Dalam kata lain, saya ingin disetubuhi oleh anak buah ayahku itu.
Saya coba meneleponnya. Tetapi nyatanya ia sedang di luar kota, bersama dengan ayahku.
O, kecewanya hatiku. Tetapi di telephone barusan saya tidak terang-terangan jika sebetulnya saya ingin digaulinya . Sia-sia kukatakan , sebab ia sedang mengikuti ayahku di luar kota. Kemungkinan dua atau tiga hari baru pulang, sebab ayahku katakan demikian.
Tetapi angan-angan mengenai enaknya jika vaginaku yang cukup gatal ini digesek oleh penis….ah…makin lama semakin menggila. Hingga saya cemas sendiri di kamarku.
BACA JUGA : Ngentot dengan Bibik Sendiri
Seperti orang kesurupan, saya telanjang di kamarku. Kupandang bayangan sekujur badan bugilku di cermin besar yang berada di almari pakaianku. Lantas kuremas-remas sepasang buah dadaku yang benar-benar montok ini. Kuelus kemaluanku yang berbulu benar-benar lebat ini. Aaaah…seandainya tangan yang sentuh kemaluanku ini bukanlah tanganku sendiri….kalau ada seorang lelaki yang menyentuhku malam ini….aaaah….kalau malam hari ini ada seorang lelaki yang ingin menggelutiku, mengelus kemaluanku, meremas buah dadaku…lalu masukkan penisnya ke sela vaginaku…alangkah indahnya jika khayalanku ini jadi satu fakta.
Bermenit-menit saya terbenam di khayalanku. Mendadak saya ingat Seno, anak muda yang pekerjaannya mengatur taman, kolam serta bersihkan mobil ayahku. Mengapa saya baru berpikir saat ini tentang orang itu?
Ya, di rumahku cuma ada tiga orang malam hari ini, Bi Iyem yang telah tua itu, Seno serta saya sendiri.
Bi iyem yang telah tua itu tidak kupikirkan. Yang menyelusup ke pikiranku ialah Seno itu. Cowok 22 tahunan itu hampir satu tahun kerja di rumahku. Menurutku, ia tidak buruk. Cukup lah. Mengapa baru saat ini saya memperhitungkannya? Tidakkah umumnya saya jutek-jutek saja kepadanya?
Lantas kukenakan gaun tidurku yang putih serta transparant, tanpa ada kenakan apa-apa di dalamnya. Kulihat jam telah memperlihatkan jam 10 malam. Bi Iyem telah tidur, seperti biasa. Tetapi pintu kamar Seno masih terbuka. Saya lantas mengambil langkah mengarah pintu yang terbuka itu.
Sesampainya di muka pintu yang terbuka itu, kulihat Seno sedang menyisiri rambutnya yang cukup gondrong. Terlihat kelimis. Kemungkinan baru usai mandi, sebab umumnya ia senang mandi malam-malam.
“Seno…malam ini kamu tidur di kamarku ya,” kataku, “aku takut tidur sendiri. Kemaren mimpiku serem sekali.”
Seno terkejut, memandangku sekejap. Tetapi lantas mengangguk, “Ba…baik Mbak.”
Lantas dia menggulung tikar yang terhampar di dekat dipannya.
“Buat apa tikar itu?” tanyaku bingung.
“Buat tidur saya Mbak,” sahutnya sopan.
“Gak perlu. Kelak tidur dalam tempat tidurku saja. Tempat tidurku kan gede sekali. Ngapain bawa-bawa tikar semua,” kataku sekalian kembali pada kamarku.
Sekejap terkilas pertentangan di batinku : Apa saya tidak salah? Pembantuku sendiri ingin dijebak supaya ingin menggauliku? Dimana letak harga diriku? Ahhh…persetan dengan semua harga diri ! Tidakkah Seno manusia juga? Tidakkah saya sedang benar-benar memerlukan lelaki malam hari ini? Ya, yang perlu lelaki ! Lelaki yang komplet dengan kejantanannya !
Selang beberapa saat Seno masuk ke kamarku, dengan kenakan kaus oblong serta sarung. Semoga sarungnya tidak berbau. Tetapi yang saya tahu, ia jaga kebersihan , walau statusnya hanya seorang pembantu di dalam rumah ini.
“Kamu dapat mijet No?” tanyaku saat Seno tetap berdiri canggung di dekat tempat tidurku yang luas serta tertutupi bad cover bercorak bunga lotus. “Mijet sembarangan sich dapat Mbak.”
“Yang penting urut-urut saja, badanku pegel-pegel,” kataku sekalian ambil baby lotion dari meja riasku.
“Baik Mbak,” tuturnya sekalian terima botol lotion itu.
Saya juga lantas telungkup di atas tempat tidur. “Sarungmu lepasin dahulu gih…gak enak lihatnya,” kataku, “Nanti jika ingin tidur sich ada selimut buatmu.”
“Ba…baik Mbak…tapi…tapi saya hanya pakai celana dalam. Saya ingin pakai celana panjang dahulu ya Mbak.”
“Gak usahlah. Menghabiskan waktu saja. Lelaki kan tidak perlu tertutup-tutup sekali. Kira saja di kolam renang. Hihihi…”
“I..iya Mbak…yang ingin dipijet apanya Mbak?” Seno melepas sarungnya, hingga tinggal kenakan celana dalam serta kaus oblong saja, lantas duduk di tepian tempat tidurku.
“Semuanya lah. Dari kaki sampai kepala.”
“Ba..baik Mbak…”
Lantas berasa Seno mulai memijit-mijit telapak kakiku. “Enak pijetanmu No. Belajar darimanakah?”
“Ah sembarangan saja Mbak. Dahulu waktu kecil senang diminta pijetin ayah saya…”
“Terus naik ke atas,” kataku sekalian menyingkapkan gaun tidurku sampai ke paha.
“Iya Mbak,” sahutnya sekalian mengoleskan lotion ke betisku.
“Yang cukup kuat ngurutnya ya,” kataku.
“Iya Mbak,” sahutnya. Lantas tangannya mulai mengurut-urut betisku. Serta saya malah memikirkan sedang dipijat oleh Roni. Tetapi Seno sesudah tangannya ada di lipatan lutut, seperti sangsi memijat mengarah paha, hingga saya harus memberikan petunjuk yang pasti, “Ayo terus ke atas. Malah yang pegel di pangkal pahaku, No.” Kusingkapkan gaun tidurku sampai ke pinggangku. Walau sebenarnya waktu itu saya tidak kenakan beha atau celana dalam. Karena itu tentulah sekujur pantatku dilahap oleh mata Seno.
“Iya Mbak,” sahut Seno dengan suara cukup terengah. Tentu sebab lihat pantat besarku yang tidak tertutup apa-apa . Serta beberapa jembutku tentu ada yang nyembul di pantatku, sebab memang lembutku lebat sekali tanpa ada pernah dicukur.
Sekalian menelungkup kuamati tingkah laku Seno, dengan mata disipitkan seakan-akan sedang terpejam.
Ia mengurut pahaku dengan mulut ternganga. Serta kulihat di celana dalamnya ada yang mencolok. Ah, rasa-rasanya saya tidak sabar , ingin menggenggam yang ada dibalik celana dalam itu. Tetapi saya harus meredam diri dahulu. Saya harus percaya dahulu jika ia ingin kuajak bersetubuh. Saat tangan Seno mulai memijati buah pinggulku, saya mulai menyelidiknya, “Kamu pernah main sama cewek, No?”
“Ma…main bagaimana Mbak?”
“Bersetubuh, gitu…pernah kan?”
“Hehehe…pernah, di kampung saya dahulu, waktu baru usia tujuhbelas.”
“Sama siapa?”
“Sama janda Mbak. Saat ini ia justru telah nikah, jadikan istri ke-3 sama bandar tembakau.”
“Sering kamu main sama janda itu?”
“Gak begitu sering…kalau dihitung-hitung, paling baru lima kali.”
“Enak tidak maen sama janda itu?”
“Mmm…ya enak Mbak…tapi telah lama sekali, telah lupa rasa-rasanya.”
Saya tersenyum sendiri mendengarnya. Serta saya makin tidak sabar, rasa-rasanya ingin sekali liang vaginaku digesek serta dienjot oleh tangkai kemaluan lelaki. Lantas saya mengubah tubuh, menelentang sekalian menarik gaunku sampai ke perut. “Ininya pijit tetapi jangan begitu keras,” kataku sekalian menunjuk ke pangkal pahaku.
“I…iya Mbak…pa…pakai minyak ini?” sahut Seno tergagap, tentu grogi sebab lihat kemaluanku yang berjembut lebat liar ini.
“Iya,” sahutku sekalian memperhatikan sisi yang mencolok dibalik celana dalamnya itu.
Sebetulnya waktu itu saya grogi. Tetapi saya dapat menguasainya. Serta kurentangkan sepasang pahaku lebar-lebar, agar ia dapat memperhatikan kemaluanku sepuasnya. Lantas kutarik tangannya yang barusan dibilas dengan baby lotion, kuletakkan telapak tangan itu di kemaluanku sekalian mengatakan binal, “Ini urutnya yang lembut ya.”
“I…iya…ininya diurut Mbak?” sebut Seno dengan suara hampir tidak terdengar, sesaat tangannya berasa gemetaran.
“Iya,” sahutku sekalian menjulurkan tanganku mengarah celana dalam Seno. Serta kupegang sisi yang mencolok itu. Hihihi…benar-benar telah ngaceng. Serta Seno kaget. Ditambah lagi waktu saya menyelinapkan tanganku ke balik celana dalamnya, sebab saya ingin menggenggam penisnya tanpa ada terhambat celana dalam .
Seno gelagapan. Tetapi dengan senyum binal saya mengatakan, “Ya telah, kamu elus memekku, saya elus kontolmu yang sudah ngaceng ini, agar adil kan?”
“I…iya Mbak…ta…tapi…duuuh…perasaan saya jadi tidak bener nih…” kata Seno sekalian berupaya ikuti perintahku, mulai mengelus-elus kemaluanku dengan tangan yang telah berlumuran baby lotion.
“Iya demikian ngelusnya, No…enak nih…oooh…” kata-kataku berlontaran demikian saja saat tangan Seno mengelus bibir kemaluanku, “Masukin jarinya sedikit tidak apa-apa No….duuuh…enaknya sich pakai kontolmu ini No….” kataku sekalian meremas-remas tangkai kemaluan Seno.
“Ah…ma…masa pakai memiliki saya Mbak….”
“Kamu ingin tidak? Jika ingin ya masukin saja kontolmu ke memekku..yang jujur dong jika jadi cowok…kalau ingin katakan ingin, jika tidak katakan gak…”
“Ma…mau Mbak…mau…mau…”
“Ya sudah masukin saja kontolmu…pasti lebih enak…”
Dengan sikap semangat, Seno melepas celana dalamnya, lantas tempelkan pucuk penisnya di mulut vaginaku.
Saya degdegan menanti semua ini, sebab nampaknya penis Seno sedikit semakin besar dibanding penis Roni. Panjangnya juga melewati penis Roni. Sebab telah diberi baby lotion, walau penis Seno cukup gede, gampang saja dia mendorongnya sampai ambles ke liang vaginaku.
“Ooooh…sudah masuk No…..mari mainkan, mengapa didiamkan saja? Entotin saja seperti waktu kamu ngentot janda itu ayo…..nnaaaahhh…gitu No….oooh…enak No….entot terus No…ini enak sekali….”
“Duuuh Mbk….kita jadi bersetubuh ya Mbak…duuuh, memiliki Mbak masih kecil banget…enak sekali Mbak…”
“Ya iyalah masih kecil. Saya baru 1x merasakan dientot. Ini yang ke-2 kalinya No…”
“Oooh, pantesan masih kecil sekali lubangnya….enak sekali Mbak….mmm…”
“Tetekku remas atau diemut dong, jangan dibiarkan nganggur,” kataku sekalian menarik gaun tidurku tinggi-tinggi serta kulepaskan sekaligus. Hingga saya sekarang betul-betul telanjang bundar.
Seno taat saja pada perintahku. Ia mulai mengentotku sekalian meremas-remas buah dadaku, kadang mengemutnya seperti yang dikerjakan oleh Roni 3 hari yang kemarin.
“Ooooh…enak No…kontolmu gede No…lebih gede dibanding memiliki pacarku…mantap No…iya…oooh…enak sekali No…..” ucapku berlontaran demikian saja sekalian meremas-remas rambut Seno, kadang menjambaknya dengan gemas….bukan main enaknya.
Seno sendiri terlihat benar-benar nikmati persetubuhan ini. Hmm…namanya kusimpan di hatiku, jadi cowok yang dapat kuajak bersetubuh kapan juga saya menginginkannya.
“Mbak…nanti jika sa…saya ingin keluar…lepasinnya dimana?” tanyanya terengah-engah.
“Di dalam memekku saja,” sahutku sekalian memeluk lehernya dengan gemas. Saya memang tidak takut hamil . Sebab tempo hari saya telah dipasangi alat KB oleh dokter. Saya akui pengantin baru yang belum ingin memiliki anak. Karena itu dipasanglah alat KB, yang membuatku bebas bersetubuh dengan cowok yang kuinginkan, tanpa ada takut hamil.
Serta memang waktu bersetubuh dengan Seno ini saya ingin tahu bagaimana rasa-rasanya waktu air mani pria menyembur di liang vaginaku.
Pada saat Seno sedang asik mengayun tangkai kemaluannya, saya masih sempat menarik kaus oblongnya supaya lepas dari tubuhnya, agar saling telanjang bundar. Lantas kudekap pinggangnya erat-erat, sekalian berupaya menggoyang-goyang pinggul dengan pergerakan seadanya, sebab saya belum memiliki pengalaman dalam menggoyang pinggul. Yang perlu jangan diam seperti gebok pisang saja.
Tetapi baru kurang lebih seperempat jam berlangsungnya persetubuhan ini, mendadak Seno melenguh, “Oooh…Mbak…saya mau keluar….”
Saya cukup bingung, sebab saya belum sampai orgasme, malah sedang enak-enaknya disetubuhi oleh Seno. Serta mendadak saja dia mendesakkan tangkai kemaluannya sedalam-dalamnya…kemudian berasa ada cairan hangat menyembur-nyembur di liang kewanitaanku. Oh, ini sangat nikmat. Tetapi sayangnya, saya belum sampai orgasme.
“Kok cepat sekali kamu meletusnya?” bisikku saat kurasakan penis Seno jadi mengecil serta melemah.
“Iya Mbak,” Seno mengangguk malu-malu, “Maklum telah lama sekali tidak rasakan. Tetapi asal Mbak ingin, dalam tadi malam ini saya kuat sampai lebih dari 5 kali. Umumnya yang ke-2 lebih lama. Yang ke-3 tambah lebih lama lagi….”
“Ohya?” saya tersenyum, “Nanti tunjukkan ya. Saya ingin nyoba sekerap kemungkinan malam hari ini. Tetapi ingat, ini rahasia No. Janganlah sampai Papah tahu. Bi Iyem jangan dikasihtau.”
“Tentu saja Mbak. Jika Bapak tahu, wah…saya dapat diusir dari sini.”
Saat penis Seno dicabut, berasa ada yang mengalir dari vaginaku. Tentu itu air mani Seno. Saya juga turun ambil handuk kecil dari lemariku. Kulap vaginaku, selanjutnya handuknya diserahkan kepada Seno sekalian memerintahnya melap penisnya yang berlepotan lendir. Saya sendiri mengambil langkah ke kamar mandi di kamarku. Kusemprot vaginaku dengan air hangat shower. Selanjutnya menyabuninya serta membilasnya sampai bersih. Lantas kuambil salah satunya handuk yang terlipat pada dinding kamar mandi. Kubelitkan ke badanku serta kembali pada ruangan tidur.
Kulihat Seno telah duduk di karpet sekalian melihat tv yang semenjak barusan tidak dimatikan, cuma suaranya dipelankan sekali. Ada rasa iba, kasihan bersatu sayang menyebar di batinku. Karenanya saya tidak memberinya teguran walau kulihat ia telah menggunakan sarung .
Mendadak saya ingat jika di dvd player yang terhubung ke tv itu masih ada film bokep yang belum jadi kutonton. Karena itu kuambil remote control TV serta DVD player.
Demikian monitor LCD televisiku menyiarkan isi DVD, Seno melihat padaku yang melihat sekalian rebahan dalam tempat tidurku. “Waduh, filmnya hebat Mbak,” tuturnya saat lihat monitor tv mulai memeragakan dua orang cowok sedang berdiri, di tengahnya ada cewek sedang duduk di bangku kecil sekalian menggenggam penis ke-2 cowok itu.
Lantas terlihat cewek itu mulai disetubuhi sama lelaki yang satu, sesaat lelaki yang lain terlihat asik sebab penisnya diemut oleh cewek itu.
“Wah, ceweknya tentu keenakan. Kenyang sekali tuch, dapat dapet dua cowok sekaligus juga,” kata Seno .
“Sini nontonnya No, jangan dibawah begitu duduknya,” kataku sekalian menarik tangannya.
Seno taat saja. Naik ke atas termpat tidurku sesudah menempatkan sarungnya di lantai.
Rupanya celana dalam Seno telah digunakan . Tetapi biarkanlah, kelak mudah lepasinnya. Kemungkinan ia memang masih malu-malu, walau telah menyetubuhiku barusan.
Seno duduk di tepian tempat tidur, dengan kaki terjuntai ke lantai seperti duduk di bangku. Saya juga memeluknya dari belakang, dalam kondisi hanya tertutupi handuk yang dililitkan di tubuhku.
Saya yang belum orgasme merasakan belum terpuasi. Karena itu dengan binal tanganku menyelusup ke balik celana dalam Seno. Wow, nyatanya tangkai keemaluannya telah ngaceng !
“Kamu betul-betul kuat lima kali?” tanyaku sekalian meremas-remas penis Seno yang telah tegang itu.
“Saya jika ingin senang dikocok Mbak. Dalam tadi malam saya dapat ngook sampai tujuh atau delapan kali.”
“Praktekkan malam hari ini ya,” kataku sekalian menyembulkan penis Seno dari celana dalamnya, “tuh telah ngaceng. Mari main No. Tetapi saat ini kamu dibawah, saya di atas. Ingin nyobain urutan itu.”
Seno tidak menyanggah sepatah kata juga. Lantas melepaskan celana dalam serta kaus oblongnya. Saya melepas belitan handukku saat Seno telah menelentang dalam kondisi sama-sama sudah telanjang bundar.
Walau tidak pernah lakukan awalnya, saya seringkali tonton film bokep. Pasti tidak susah bagiku untuk berlutut dengan ke-2 kaki terdapat di kanan kiri pinggul Seno. Lantas kupegang tangkai kemaluan Seno serta kutempelkan “topi baja”nya di mulut vaginaku. Kuturunkan pantatku dengan berhati-hati. Dan…blessss….penis pembantuku itu berasa masuk ke liang vaginaku.
Ini kali pertamanya saya rasakan bersetubuh dengan urutan di atas ini. Tetapi saya dapat mengerjakannya secara baik. Sebab saya seringkali melihat urutan ini di film-film bokep. Lagian saya sudah mengetahui prinsip dalam persetubuhan, yang perlu penis dapat menggesek-gesek liang kenikmatanku. Gampang sekali mempraktikkannya.
Saat saya memandang muka Seno yang ada dibawah wajahku, satu kali lagi hatiku dijalari perasaan sayang kepadanya. Sebab walau hanya seorang pembantu, dia dapat jadi fasilitas kepuasanku. Karena itu sebaiknya saya mengucapkan terima kasih kepadanya, tak perlu disampaikan, tetapi dengan aksi.
Karena itu tanpa ada sangsi , saat saya makin asik mengayun pantatku berputar-putar serta turun naik, kulumat bibirnya, yang nyatanya diterima dengan lumatan penuh kehangatan juga. Serta ke-2 tangannya meremas-remas bahuku, buah pinggulku serta kadang buah dadaku yang bergelantungan di atas dadanya juga tidak lepas dari remasan.
Tetapi benar kata beberapa orang, jika jika cewek main di atas, umumnya bertambah cepat sampai orgasme.
Belum sampai 1/2 jam saya mengenjot dari atas, saya tidak dapat meredam pucuk kenikmatanku. Lantas seperti orang kesurupan saya menggelepar-gelepar di atas badan Seno. “Aku ingin keluar No…mau keluar…keluar…oooh..oooh….”
Lantas tibalah saya di titik orgasme yang benar-benar nikmat. Pada saat itu kucium bibir Seno dengan penuh rasa terima kasih, sebab dia sudah memuaskan padaku.
Nyatanya Seno itu sesosok cowok yang dapat memberi kepuasan hasratku. Serta jika saya harus bicara jujur, Seno itu lebih memberi kepuasan dibanding Roni.
Pada malam yang indah itu Seno menunjukkan ucapannya. Jika dia mampu bersenggama lebih dari 5 kali dalam tadi malam.
Di kamar mandi, kami mandi bersamanya. Dengan tekun dia menyabuni sekujur tubuhku. Serta saat kutantang untuk bersetubuh , dia mengangguk dengan senyum. Lantas kami bersetubuh untuk ke-3 kalinya, sekalian berdiri dibawah semburan shower air hangat.
Sesudah kembali pada kamar, saya ingin coba urutan dogy seperti di film bokep yang sedang kuputar. Seno juga langsung sepakat saja. Lantas saya menungging, Seno mengenjotku dari belakang. Ini ialah persetubuhan yang ke empat kalinya. Persetubuhan yang ke lima, kami kerjakan di ruangan keluarga, di atas sofa. Tentunya sesudah pintunya digembok dahulu, takut Bi Iyem masuk, sebab hari hampir subuh. Keliatannya Seno masih dapat untuk menyetubuhiku ke enam kalinya. Tetapi saya menyerah, lemas serta ngantuk.
“Nanti saja kita lanjutin ya. Saat ini kita harus iistirahat dahulu,” kataku sekalian mengelus rambut Seno.
“Iya Mbak,” Seno mengangguk taat.
“Tapi ingat No…semuanya itu harus dirahasiakan ya.”
“Tentu saja Mbak.”
Pada pagi yang masih gelap itu saya baru mulai merebahkan diri di atas tempat tidur. Dengan batin senang. Senang sekali. Terdengar suara Bi Iyem serta Seno di luar:
“Lho kamu darimanakah No? Pagi-pagi gini telah ngelayap.”
“Nongkrong di tukang bubur kacang ijo, Bi.”
Ooo, kirain ngelayap ke mana….”
Saya tersenyum sendiri di kamarku. Seno jelas berbohong. Ia bukan habis nongkrong di tukang bubur kacang ijo.Ia habis membabat “kacang”ku. Hihihihi….
JAGUARQQ SITUS DOMINO99 POKER ONLINE DAN BANDARQ ONLINE
BalasHapus* Dengan Minimal Deposit : Rp 15.000,-
* Bisa deposit via pulsa XL dan Telkomsel
* Minimal DP Via Pulsa 15.000 ( RATE : 0.85 / Potongan : 15% )
* Tersedia 9 Game Dalam 1 User ID
+ BandarQ
+ ADUQ
+ SAKONG
+ DOMINO99
+ BANDAR66
+ POKER
+ BANDAR POKER
+ CAPSA SUSUN
+ PERANG BACCARAT
* Bonus Rollingan 0,5% Setiap minggu
* Bonus Referal 20% Seumur hidup
- Kontak Kami -
WA : +855964608606
TELEGRAM : +855964608606
LINE : csjaguarqq
Website : JaguarQQ
Klik Disini : BandarQ Online
Twitter : Viona Kimberlin
Fanspage : Situsjaguarqq