Senin, 21 Oktober 2019

Cerita Sex Menggairahkan | Ngentot dengan mak lela


Ngentot dengan mak lela

Cerita Sex Menggairahkan | kisah ini bermula dengan persiapan kelahiran anak pertamaku. Isteriku, Nana, yang kunikahi hampir dua tahun lalu, akhirnya menjadi perempuan sempurna sebagai ibu yang melahirkan sendiri anaknya.

Tetapi, dengan alasan belum memiliki pengalaman melahirkan, dia ingin ke-2 orang tuanya, bapak serta ibu mertuaku, menemaninya sepanjang proses kelahiran. Singkat narasi, rumah juga kehadiran tamu. Untuk menghargai orangtua, kami menjemput pasangan itu. Tidak ada insiden spesial saat kami menjemput. Seperti anak pada orangtua, kami berupaya layani sebaik-baiknya.

Sampai tibalah waktunya Nana meahirkan bayinya serta harus tinggal di rumah sakit bersalin, kerennya sich Rumah Sakit Ibu serta Anak. Dokter kandungan yang mengecek isteriku mengatakan semestinya Nana tinggal di RS supaya pemulihan kesehatan serta perawatan bayinya. Kami yang sebelumnya berempat sangat terpaksa tinggalkan Nana di RS serta kembali pada rumah bertiga saja. Saya serta ke-2 mertuaku.

 | Nah, saat kami datang di dalam rumah, saya duduk di sofa sekalian tidur-tiduran, Sesaat mertuaku menyibukkan diri, berupaya betah dalam tempat anaknya. Bapak mertuaku terlihat repot dengan buku teka-teki silang yang entahlah darimanakah dia temukan. Ibu mertuaku juga menyambar koran serta duduk di bangku samping sofa di ruangan tamu. Tempatnya cukup menghadap saya, dengan sofa serta bangku membuat huruf L. Sofa tempatku berbaring ialah sisi atas L, serta bangku tempat mertuaku membuat sisi bawah L. 

Waktu itu saya diserang kantuk sebetulnya. Jadi, saya berubah ke samping serta buka mata. Ibu mertuaku, namanya Nurlela, yang biasa ku panggil Mak Lela, terlihat serius membaca koran sampai tutup muka serta badan sisi atasnya. Karena itu saya cuma dapat lihat ia dari pinggang ke bawah. Waktu itu saya tersadar! Ia kenakan salah satunya rok lipit panjang, yang sudah turun sampai ke lutut serta cukup longgar. Jelas, saat dia duduk roknya naik sedikit di atas lutut serta cukup longgar. Hal pertama yang saya lihat ialah sepasang betis yang memikat! Maksudku ramping serta cantik, seperti yang kelihatan di sinetron TV itu! Berikut rahasia pertama yang saya jumpai pada Mak Lela. 

Siapa yang kenal Mak Lela, tidak pernah lihat sisi atas lututnya. Tetapi kesempatan ini mataku menelusuri kakinya serta lihat jika langkah dia duduk membuatku bisa lihat semua pahanya dengan jelas! Putih krem serta terlihat sehalus sutera bersambung sampai lenyap dalam kegelapan. Saya merasakan penisku terjepit di celana! Saya tahu saya telah kehilangan sex yang sehat, tapi kaki serta paha wanita akan membuat lelaki berdarah merah menarik napas! Saya terus memandang kaki seksi itu serta mulai berfantasi apa rasa-rasanya ada antara keduanya! Maksudku, ini ialah ibu isteriku serta dia menghidupkan birahiku! 

Saya meyakini ia tidak paham apa yang sedang berlangsung serta tidak sadar membuatku terpesonaa. Ia masih repot dengan koran, jadi saya meringkuk, berupaya sembunyikan penis kerasku ke bantal. Selang beberapa saat saya dengar ia menyebut nama saya lembut serta menanyakan apa telah waktunya makan malam? Saya katakan akan selekasnya bangun, tapi ia menjelaskan santai-santai saja, sebab dia ingin bertukar baju dahulu sepulang dari RS. Ia bangun pergi sesaat saya menanti penisku normal dahulu supaya bisa bergerak. Pada akhirnya saya telah normal kembali serta berjalan ke dapur, melalui Pak Hasan, mertua lelakiku yang masih terbenam dalam TTS serta tidak tunjukkan pertanda bergerak. 

Sebab tidak mempunyai pembantu serta memang ahli memasak, saya ke dapur mempersiapkan makan malam buat kami bertiga. Waktu itu saya dengar Mak Lela masuk ke dapur, tempat saya temukan rahasia ke-2. Mak Lela sudah bertukar baju memakai celana kulot krem serta polo shirt berhias bordir . Saya sedikit perhatian langsung pada kulot sebab polo shirtnya cukup ketat memperlihatkan sepasang payudara indah! Paling tidak memiliki ukuran 36, bundar serta penuh serta tambah lebih besar dibanding punya anak-anaknya yang tiga orang wanita semuanya. 

Tekanan di celana mulai saat saya memandangnya bergerak di dapur. Saya harus waspada sembunyikan benjolan penis ini. 

Kami lalu mulai mempersiapkan makanan serta saya tidak dapat apa-apa terkecuali mengamati goyangan buah dada setiap saat dia memangkas sayuran. Tetapi hasrat birahiku semakin mencapai puncak saat pikiranku melayang-layang kembali pada paha serta kaki yang kelihatan sesaat awalnya. Saya berjalan ke tempat bersihkan piring untuk mengecek apa saluran airnya lancar. Waktu saya melihat sisi bawah saya cukup terkesiap lihat bokongnya. Maksudku, itu tidak sebaik punyai Nana, serta tunjukkan pertanda 1/2 baya melebar sedikit, tetapi terlihat montok, bundar serta seksi. Dengan gampang saya memikirkan tanganku meremasnya! Saya belum dapat yakin tergetar oleh Mak Lela, tanpanya tahu! Kami tuntaskan hidangan makan malam itu berdua: saya berupaya sembunyikan penis keras, sesaat Mak Lela tidak dapat mengubah mataku jauh dari gundukan yang merangsang! Pak Hasan selekasnya masuk serta kami cepat usai memasak serta berubah di meja makan. 

Saya tidak dapat ambil efek diketahui, jadi mataku terus di piringku sesaat kami bertiga mengobrol mudah. Saya usai pertama serta katakan kelelahan dan punya niat mandi langsung ke arah tempat tidur. 

Saat saya buka baju di kamar mandi, deskripsi badan Mak Lela penuhi kepalaku. Penisku tegang setegang-tegangnya serta berdenyut waktu saya menyabuninya. Pada gosokan kesekian pikiranku kembali memikirkan halus paha serta kaki Mak Lela, sampai saya meledak dalam getar orgasme mengagumkan! Saya harus bertumpu ke dinding saat air maniku menyembur. Kemudian saya secepatnya mengakhiri mandi serta pergi tidur. Seringkali saya terjaga serta memikirkan menyedot payudaranya, membelai pahanya, menerkam bokongnya. Saat saya lihat ke bawah batang di selengkanganku mengeras. Tidak tahan, kembali saya beronani, kesempatan ini dalam tempat tidur. 


Saya tertidur kembali serta saat saya terjaga samping kamarku telah dibanjiri sinar serta jam kegemaran saya tunjukkan jam 10 kurang sedikit. Saya duduk, perasaan seperti saya barusan pergi tidur, serta ingat sudah habiskan malam dalam hasrat mencapai puncak hingga basah celana dalamku. Saya terhuyung-huyung ke kamar mandi. Bagaimana juga, Mak Lela nampaknya belum mengerti birahiku. Selesai mandi, saya mengeringkan diri serta dengan penuh semangat bersiap-siap untuk kembali pada RS untuk lihat Nana. Saya mencium aroma kopi yang sedang diseduh di dapur serta mendatanginya. Mak Lela memanggilku dari ruangan makan “Kamal, ya?” (Ia tetap menyebut saya Kamal, demikian pas) 

“Ya”, jawabku. 

“Oh, bagus, ia mengatakan, Saya sedang menunggumu bangun. Bapak sudah pergi keluar untuk sedikit untuk cari beberapa buku TTS. Dia harus selekasnya kembali dan kita akan pergi lihat Nana” 

Saya dapat dengar koran berhembus serta berpikir dia sudah terjerat dalam hidungnya . Saya putuskan untuk pergi duduk di ruangan tamu serta tangkap berita sebelum pergi. Kita hidup serta r. makan yang terbuka untuk keduanya serta saya selintas lihat Mak Lela keluar dari pojok mataku, duduk di meja ruangan dinning membaca koran Minggu. Saat saya duduk di bangku saya menyalakan t.v. serta di balik itu ke salah satunya program Minggu pagi. Saat saya hirup kopiku Saya melirik Mak Lela, masih kagum dalam membaca. saya cukup kaget lihat jika dia masih kenakan gaun tidur sutra putih. Mak Lela tua koq, pikirku, sampai saya biarkan mataku melayang-layang ke bawah. Ia sudah menyilangkan kaki serta menunjukkan sedikit sisi atas lututnya. Penisku mulai bergerak waktu saya memandang kaki Mak Lela. Semua membuat saya tegang serta saya cuma duduk minum kopi sekalian memandang kaki! Pada akhirnya saya memaksakan bangun serta pergi dari dapur untuk menempatkan cangkir ke bak bersihkan. Pas saat saya akan pergi, Mak Lela berjalan dalam bawa piringnya ke tempat bersihkan piring. 

Ia tersenyum sopan, serta menanyakan “Apa ingin pergi saat ini?” 

“Eh, Ya”, kataku, cukup malu sebab saya barusan melihatnya. 

“Iya deh”, ia mengatakan, “Mak serta Bapak akan selekasnya menyusul” serta memutar keran air untuk membersihkan piring. 

Saya hampir sampai ke pintu saat dia menyebut namaku 

“Kamal, dimana Nana menaruh sabun?” 

“Eh”, pikirku sekalian berjalan kembali pada dapur, “Apakah Mak lihat dibawah bak bersihkan piring?” 

Saat saya masuk, saya lihat Mak Lela, satu tangan di bak bersihkan piring lainnya di pintu, cukup sedikit membungkuk lihat ke kolong. Waktu saya makin dekat saya lihat jika dalam tempatnya saat ini sisi depan pakaiannya menunjukkan puncak-puncak payudaranya. Terlihat seakan-akan buah dada itu seperti memberontak keluar dari kurungan. Payudaranya memang cukup kendur, tetapi saat kondisiku demikian lama libur birahi, keduanya terlihat benar-benar merangsang! Saya dapat juga lihat benjolan putingnya dari pakaian Mak Lela. Penisku langsung keras waktu saya menantang dorongan untuk mendekatkan wajahku antara payudaranya! 

Mak Lela menyadarkan saya saat menjelaskan “Nggak ada tuch Mal” 

Saya selekasnya mendekat untuk cari sabun bersihkan piring. Mujur saya menemukannya serta kami berdua berdiri lurus ke atas dengan Mak Lela meneruskan membersihkan, betul-betul tidak mengerti apa yang barusan berlangsung. 

Kunjungan dengan Nana serta bayi berjalan secara baik serta orangtuanya masuk dengan kami sesudah sesaat. Saya mengepalkan mata Mak Lela walau sendiri, merasakan beberapa gejolak di selangkanganku waktu dia mengambil langkah masuk. 

Mertuaku pulang terlebih dulu, sesaat tidak tergesa-gesa. Saat saya rasa kunjunganku cukup saya putuskan pulang untuk makan malam. Saya mencium Nana serta bayi serta selekasnya pulang serta tidur. Sebetulnya saya memikirikan untuk coba siapa tahu Mak Lela bisa melepas birahiku yang mencapai puncak. 

Esok harinya, bangun tidur saya selekasnya mandi pagi. Seterusnya saya kenakan celana pendek serta t-shirt berjalan ke dapur. Saya ingat Pak Hasan mertua laki-lakiku biasa jalan pagi-pagi serta pulang siang hari. Mungkin di tempat tinggal saya dengan ibu mertua. Lalu saya berjalan ke dapur untuk menemukannya bertumpu ditengah-tengah ruangan sekalian membaca koran pagi. 

Saya meyakini ia tidak paham apa yang sedang berlangsung serta tidak sadar membuatku terpesonaa. Ia masih repot dengan koran, jadi saya meringkuk, berupaya sembunyikan penis kerasku ke bantal. Selang beberapa saat saya dengar ia menyebut nama saya lembut serta menanyakan apa telah waktunya makan malam? Saya katakan akan selekasnya bangun, tapi ia menjelaskan santai-santai saja, sebab dia ingin bertukar baju dahulu sepulang dari RS. Ia bangun pergi sesaat saya menanti penisku normal dahulu supaya bisa bergerak. Pada akhirnya saya telah normal kembali serta berjalan ke dapur, melalui Pak Hasan, mertua lelakiku yang masih terbenam dalam TTS serta tidak tunjukkan pertanda bergerak. 

Sebab tidak mempunyai pembantu serta memang ahli memasak, saya ke dapur mempersiapkan makan malam buat kami bertiga. Waktu itu saya dengar Mak Lela masuk ke dapur, tempat saya temukan rahasia ke-2. Mak Lela sudah bertukar baju memakai celana kulot krem serta polo shirt berhias bordir . Saya sedikit perhatian langsung pada kulot sebab polo shirtnya cukup ketat memperlihatkan sepasang payudara indah! Paling tidak memiliki ukuran 36, bundar serta penuh serta tambah lebih besar dibanding punya anak-anaknya yang tiga orang wanita semuanya. 

Tekanan di celana mulai saat saya memandangnya bergerak di dapur. Saya harus waspada sembunyikan benjolan penis ini. 

Kami lalu mulai mempersiapkan makanan serta saya tidak dapat apa-apa terkecuali mengamati goyangan buah dada setiap saat dia memangkas sayuran. Tetapi hasrat birahiku semakin mencapai puncak saat pikiranku melayang-layang kembali pada paha serta kaki yang kelihatan sesaat awalnya. Saya berjalan ke tempat bersihkan piring untuk mengecek apa saluran airnya lancar. Waktu saya melihat sisi bawah saya cukup terkesiap lihat bokongnya. Maksudku, itu tidak sebaik punyai Nana, serta tunjukkan pertanda 1/2 baya melebar sedikit, tetapi terlihat montok, bundar serta seksi. Dengan gampang saya memikirkan tanganku meremasnya! Saya belum dapat yakin tergetar oleh Mak Lela, tanpanya tahu! Kami tuntaskan hidangan makan malam itu berdua: saya berupaya sembunyikan penis keras, sesaat Mak Lela tidak dapat mengubah mataku jauh dari gundukan yang merangsang! Pak Hasan selekasnya masuk serta kami cepat usai memasak serta berubah di meja makan. 

Saya tidak dapat ambil efek diketahui, jadi mataku terus di piringku sesaat kami bertiga mengobrol mudah. Saya usai pertama serta katakan kelelahan dan punya niat mandi langsung ke arah tempat tidur. 

Saat saya buka baju di kamar mandi, deskripsi badan Mak Lela penuhi kepalaku. Penisku tegang setegang-tegangnya serta berdenyut waktu saya menyabuninya. Pada gosokan kesekian pikiranku kembali memikirkan halus paha serta kaki Mak Lela, sampai saya meledak dalam getar orgasme mengagumkan! Saya harus bertumpu ke dinding saat air maniku menyembur. Kemudian saya secepatnya mengakhiri mandi serta pergi tidur. Seringkali saya terjaga serta memikirkan menyedot payudaranya, membelai pahanya, menerkam bokongnya. Saat saya lihat ke bawah batang di selengkanganku mengeras. Tidak tahan, kembali saya beronani, kesempatan ini dalam tempat tidur. 

Saya tertidur kembali serta saat saya terjaga samping kamarku telah dibanjiri sinar serta jam kegemaran saya tunjukkan jam 10 kurang sedikit. Saya duduk, perasaan seperti saya barusan pergi tidur, serta ingat sudah habiskan malam dalam hasrat mencapai puncak hingga basah celana dalamku. Saya terhuyung-huyung ke kamar mandi. Bagaimana juga, Mak Lela nampaknya belum mengerti birahiku. Selesai mandi, saya mengeringkan diri serta dengan penuh semangat bersiap-siap untuk kembali pada RS untuk lihat Nana. Saya mencium aroma kopi yang sedang diseduh di dapur serta mendatanginya. Mak Lela memanggilku dari ruangan makan “Kamal, ya?” (Ia tetap menyebut saya Kamal, demikian pas) 

“Ya”, jawabku. 

“Oh, bagus, ia mengatakan, Saya sedang menunggumu bangun. Bapak sudah pergi keluar untuk sedikit untuk cari beberapa buku TTS. Dia harus selekasnya kembali dan kita akan pergi lihat Nana” 

Saya dapat dengar koran berhembus serta berpikir dia sudah terjerat dalam hidungnya . Saya putuskan untuk pergi duduk di ruangan tamu serta tangkap berita sebelum pergi. Kita hidup serta r. makan yang terbuka untuk keduanya serta saya selintas lihat Mak Lela keluar dari pojok mataku, duduk di meja ruangan dinning membaca koran Minggu. Saat saya duduk di bangku saya menyalakan t.v. serta di balik itu ke salah satunya program Minggu pagi. Saat saya hirup kopiku Saya melirik Mak Lela, masih kagum dalam membaca. saya cukup kaget lihat jika dia masih kenakan gaun tidur sutra putih. Mak Lela tua koq, pikirku, sampai saya biarkan mataku melayang-layang ke bawah. Ia sudah menyilangkan kaki serta menunjukkan sedikit sisi atas lututnya. Penisku mulai bergerak waktu saya memandang kaki Mak Lela. Semua membuat saya tegang serta saya cuma duduk minum kopi sekalian memandang kaki! Pada akhirnya saya memaksakan bangun serta pergi dari dapur untuk menempatkan cangkir ke bak bersihkan. Pas saat saya akan pergi, Mak Lela berjalan dalam bawa piringnya ke tempat bersihkan piring. 

Ia tersenyum sopan, serta menanyakan “Apa ingin pergi saat ini?” 

“Eh, Ya”, kataku, cukup malu sebab saya barusan melihatnya. 

“Iya deh”, ia mengatakan, “Mak serta Bapak akan selekasnya menyusul” serta memutar keran air untuk membersihkan piring. 


Saya hampir sampai ke pintu saat dia menyebut namaku 

“Kamal, dimana Nana menaruh sabun?” 

“Eh”, pikirku sekalian berjalan kembali pada dapur, “Apakah Mak lihat dibawah bak bersihkan piring?” 

Saat saya masuk, saya lihat Mak Lela, satu tangan di bak bersihkan piring lainnya di pintu, cukup sedikit membungkuk lihat ke kolong. Waktu saya makin dekat saya lihat jika dalam tempatnya saat ini sisi depan pakaiannya menunjukkan puncak-puncak payudaranya. Terlihat seakan-akan buah dada itu seperti memberontak keluar dari kurungan. Payudaranya memang cukup kendur, tetapi saat kondisiku demikian lama libur birahi, keduanya terlihat benar-benar merangsang! Saya dapat juga lihat benjolan putingnya dari pakaian Mak Lela. Penisku langsung keras waktu saya menantang dorongan untuk mendekatkan wajahku antara payudaranya! 

Mak Lela menyadarkan saya saat menjelaskan “Nggak ada tuch Mal” 

Saya selekasnya mendekat untuk cari sabun bersihkan piring. Mujur saya menemukannya serta kami berdua berdiri lurus ke atas dengan Mak Lela meneruskan membersihkan, betul-betul tidak mengerti apa yang barusan berlangsung. 

Kunjungan dengan Nana serta bayi berjalan secara baik serta orangtuanya masuk dengan kami sesudah sesaat. Saya mengepalkan mata Mak Lela walau sendiri, merasakan beberapa gejolak di selangkanganku waktu dia mengambil langkah masuk. 

Mertuaku pulang terlebih dulu, sesaat tidak tergesa-gesa. Saat saya rasa kunjunganku cukup saya putuskan pulang untuk makan malam. Saya mencium Nana serta bayi serta selekasnya pulang serta tidur. Sebetulnya saya memikirikan untuk coba siapa tahu Mak Lela bisa melepas birahiku yang mencapai puncak. 

Esok harinya, bangun tidur saya selekasnya mandi pagi. Seterusnya saya kenakan celana pendek serta t-shirt berjalan ke dapur. Saya ingat Pak Hasan mertua laki-lakiku biasa jalan pagi-pagi serta pulang siang hari. Mungkin di tempat tinggal saya dengan ibu mertua. Lalu saya berjalan ke dapur untuk menemukannya bertumpu ditengah-tengah ruangan sekalian membaca koran pagi. 

“Mak Lela um saya tidak dapat jelasin,” kataku. 

Ia melihat mataku, serta mengatakan “Mak tidak mempersalahkan kamu seutuhnya, Kamal.” 

Ia menunduk serta mengatakan “Maksud saya pertama sich mungkin tidak apa-apa, spontan. Tetapi yang ke-2 kedua kalinya Mak semestinya menahan Kamal . tetapi Mak. biarkan terus . Mak menyerah! Mak tidak tahu mengapa demikian! Waktu Kamal coba mak sudah seharusnya kuasai diri, tapi Mak bukan berhenti justru biarkan itu berlangsung .. Ya tuhan, Mak biarkan kamu. Bagaimana Mak dapat hadapi Bapak serta Nana sesudah ini? ”

Saya berdiri sekalian berpikir dan mulai bergerak ke bagian , tetapi mendadak dia mendongak dengan ekspresi terkejut serta mulai bergerak kembali. Saya berhenti serta bertumpu di ujung pulau serta ia berhenti di selama bagian. Ia cukup dekat hingga saya dapat mendapatkan serta menyentuhnya, tetapi cukup jauh, hingga dia merasakan nyaman. 

“Mak Lela saya tidak cemas mengenai Bapak serta Nana, mereka belum pernah butuh tahu. Namun suatu hal yang berlangsung serta tetap bersama dengan kita” kataku dalam usaha untuk fakta dengannya. 

Tuhan, Nana tidak bisa pernah tahu mengenai ini! 

Ia tidak menatapku, tetapi mengatakan “Oh, Kamal Mak mengharap dapat menerangkan pada diri kita bagaimana ini berlangsung! Tidak ada yang semacam ini, tidak pernah berlangsung padaku .. Mak hanya .” 

“Mak Lela, saya yang bersalah,” kataku. “Aku terbawa. serta tidak dapat betul-betul menerangkan Mak. Saya lihat begitu cantiknya Mak serta saya. .. tidak dapat mengatur dorongan untuk mencium Mak! Saya tidak dapat meredam diri! Setelah saya mengerjakannya Saya tidak dapat berhenti pikirkan bagaimana rasa-rasanya.. serta saya tergerak ingin mengerjakannya ! Ingin sekali hingga saya tidak dapat meredam diri ” 

Waktu saya bicara dia akan melirik ke arahku, lalu mengubah matanya ke bawah, seakan-akan ia malu dengan keterangan saya. 

Dia menyela “Yah mungkin demikian, tetapi Mak telah tua serta Mak kan mertuamu. Mak tidak pahami berciuman sama Kamal sampai 3x.!!!” 

Saya masih diam sesaat, supaya waspada menanggapinya. 

“Satu-satunya keterangan yang saya punya, Mak memang membuatku kagum.” Saya mengatakan dengan suara tenang. “Ekspresi muka Mak, waktu rambut Mak memantulkan sinar, saat bibir Mak sentuh bibirku semuanya kebanyakan. Saya belum pernah berpikir lainnya . Saya cuma ikuti perasaan. Saya benar-benar menyesal, serta tidak paham bagaimana Mak dapat maafkan saya ” 

Saya bertumpu ke dinding, coba bermain dengan simpati. Ia menatapku sesaat dan mengambil langkah ke arahku. 

“Nah, Kamal, saya anggap ada cukup fakta untuk sama-sama mempersalahkan. Saya merasakan demikian . kotor!” ia menangis. 

Saya menyela, “Jangan, itu tidak semacam itu. Ini bukanlah apa-apa. Saya kagum oleh Mak jadi wanita benar-benar menarik serta saya tidak dapat ingat kapan akhir kali saya merasakan demikian berarti dengan kedatangan Mak. ” 

Matanya melebar saat dia menghayati apa yang saya sebutkan. “Oh, Kamal Mak tidak paham harus mengatakan apa. Tidak ada yang pernah menjelaskan itu pada Mak awalnya. Mak ingin katakan serius, Mak hanya terkejut ” jawabnya. 

Saya memperhatikan mukanya sesaat untuk biarkan semua rayuanku mengena. 

“Aku.. tidak dengan maksud membuat Mak canggung ataukah tidak nyaman serta bukan maksudku membuat malu diri sendiri,.. saya betul-betul tidak dapat meredam diri.” Kataku. 

Matanya melembut serta dia menjawab “Mak yakin kamu Kamal. Kata-katamu saja yang mengagetkan. Mak tahu sedikit mengenai apa yang kamu bicarakan, Mak rasakan di ciuman paling akhir. ” 

Ia berhenti bicara serta menunduk . Saat itu saya fikir saya belum pernah inginkan wanita mana juga seperti saya ingin ia. Rasa-rasanya seperti satu orang sakit yang pergi ke sisi terdalam dari pangkal paha saya. 

Saya membungkuk ke arahnya serta mengatakan “Mak Lela, saya tidak dapat menjelaskannya, tetapi saya tidak dapat meredamnya.” 

Saya terus bertumpu ke depan, bibirnya dalam jarak jangkauku. Ia terlihat diam dalam tempat, mata melebar memandang saya yang semakin dekat. 

Dalam hening, suara lembut Mak Lela keluar “Jangan Kamal . jangan .. ayolah .” 

Ia menempatkan tangannya di dadaku waktu menggerakkan kepalanya ke belakang sedikit untuk jaga supaya bibir kami tidak berjumpa. Saya perlahan tutup jarak yang masih ada, bibirku mendekat serta lebih dekat sama mukanya, sampai saya rasakan sensasi saat bibirku sentuh bibirnya dan diam dalam ciuman lembut hingga mengakibatkan Mak Lela keluarkan ketahan “huhmmm”! 

Saya menggerakkan kepala sedikit ke atas serta bawah gerak, melumat bibirnya saat kelopak matanya bergetar serta perkelahian terlihat di mukanya. Saya mundur, bibir kami berpisah pelan-pelan, menanti sesaat dan mendekat dengan bibir terbuka untuk menghadapkan kepunyaannya dengan saya. Saya membelai lembut bibirnya waktu dia keluarkan erangan lembut lain serta saya merasakan kemelut di mukanya luruh saat desakan tangannya di dadaku melemah. 

Saya mundur satu kali lagi, sampai kami terpisah beberapa inci serta terlalu fokus dalam di mukanya. Ia memandangku terselubung dibawah kelopak mata, napasnya pendek serta cepat, bibirnya terbuka serta basah. Saya mulai membungkuk ke depan , jaga mataku pada bibirnya waktu dia terus-terusan melirik dari mataku ke mulutku serta balik lagi. 

Saat jarak kami cuma beberapa inci, Mak Lela memandang lurus pada bibirku serta mengeluh perlahan “Oh, Kamal!!”. 

Ia memiringkan kepalanya serta mulai menyamai geraknya dengan bibir terbuka. Bersama kami tutup ketimpangan , dan semasing bibir sentuh lembut dalam ciuman berkobar-kobar, ciuman penuh birahi!! Kami bertahan sekejap, rasakan ciuman yang menghambat kami untuk bernafas serta bergerak! Lalu perlahan-lahan kami mulai menggoyahkan kepala, melumat bibir terbuka bersama, mengirim bunga-bunga api antara kami saat kami mendesak mulut kita lebih tegas bersama. Saya mengulurkan tangan serta menempatkan tangan di pinggang, mencarinya naik serta turun disamping dan dengan setahap menariknya ke arahku. Mak Lela tidak tunjukkan perlawanan, saat dia terlihat melayang-layang melewati jarak yang memisahkan kami sampai saya dapat rasakan payudaranya yang besar serta tangannya menempel di dadaku. Saya geser tangan ke depan pakaian tidurnya, selanjutnya menyisipkan ke-2 tangan ke pinggangnya. 

Saya lembut menariknya ke arahku, payudaranya mendesak ke dadaku. Saat kami meneruskan ciuman, kepala kami bergerak dalam tarian yang lamban penuh nafsu, saya merasakan pelukan melingkar Mak Lela perlahan mendaki dada serta bahuku sampai terbungkus erat di leherku. Badan kami sama-sama mendesak. Payudaranya makin merapat ke dadaku, sesaat selangkangan kami bersama mendesak. Waktu panas ciuman kami mulai naik, Mak Lela keluarkan jeritan ketahan serta bibir kami buka keduanya dalam gelora tidak teratasi. 

Kepala kami lalu bergerak liar, seakan-akan kami sedang cari langkah bagaimana supaya mulut kami semakin rapat. Tanganku naik- turun ke punggung Mak Lela, sentuh semua lengkungan yang pernah kubayangkan. Tanpa ada melepas ciuman, pada sebuah pergerakan saya menarik tangannya ke bawah serta menarik pakaian dari bahunya serta biarkan jatuh ke lantai. Dia selekasnya memeluk kembali leherku waktu saya merapatkan tubuhnya kembali! Saya dapat rasakan putingnya mengeras menyerang ke dadaku saat tanganku meneruskan penelusuran tubuhnya. Saya sangatlah bernafsu saat bibir kami terus beradu bersama, kami berdua sama-sama mengeluh di mulut! Saya meraih ke bawah dengan ke-2 tangan, menggenggam ujung pakaian tidurnya, serta menariknya sampai menutupi pinggang. Tanganku balas ke bawah, menggenggam ke-2 pipi pantat tertutup sutra, serta menariknya erat-erat pangkal paha saya. 

“Uhhmmm !!!!” ia mengeluh, tetapi tidak melepas ciuman! 

Saya harus menyetubuhinya, saat ini, dimanapun! Saya selekasnya menempatkan lenganku dibawah pahanya serta mengusung ke pelukanku, cepat berjalan telusuri lorong ke kamarku serta dengan lembut duduk di atas ranjang. Ia terlihat benar-benar kusut, ke-2 matanya berkaca-kaca, mulutnya merah serta basah. 

0 komentar: