Cerita Sex Menggairahkan | Sesaat kalian akan membaca narasi seks hot dewasa indonesia bergambar paling baru 2015. Mirna ialah seorang wanita yang bertubuh mungil, tetapi walau demikian ukuran tubuhnya itu tidak dapat tutupi daya tarik seksualnya. Figurnya kelihatan pas dalam ukurannya sendiri. Ia memiliki rambut hitam pekat yang dipotong sebahu, ia seringkali mengikatnya dengan bandana. Ia mempunyai daya serta keuletan yang sepengetahuanku tidak dipunyai orang lain. Satu keindahan yang elok jika ingin mendiskripsikannya. Ia tetap repot, tetap kelihatan seolah dikejar waktu tetapi selalu kelihatan manis. Ia masuk dalam kehidupan keluarga kami semenjak dua tahun kemarin, tetapi secara cepat telah kelihatan jadi bagian keluarga kami demikian lamanya.
Yoyok berjumpa dengannya saat kuliah di tahun pertama. Mirna barusan lulus SMU, mendaftarkan di universitas yang sama serta turut pekerjaan tujuan mahasiswa baru. Kebetulan Yoyok yang bekerja jadi pengawas dalam kelompoknya Mirna. Seperti yang seringkali mereka katakan, cinta pada pandangan pertama.
Mereka menikah di umur yang termasuk muda, Yoyok 23 tahun serta Mirna 19 tahun. Satu tahun selanjutnya bayi pertama mereka lahir. Saya ingat saat itu kebahagian sangat terasa menyelimutinya keluarga kami. Situasi waktu itu makin membuat kami dekat. Mirna memiliki hasrat komedi yang benar-benar bagus, tetap tersenyum riang, dan suka pada bola. Ia seringkali kelihatan bercanda dengan Yoyok, mereka betul-betul pasangan cocok. Ia tetap memberikan semangat pada Yoyok yang membutuhkan hal tersebut.
Yoyok serta Mirna seringkali bertandang kesini, membawa juga bayi meraka. Mereka sudah mengontrak rumah sendiri, walau tidak begitu besar. Saya fikir mereka merasakan jika saya memerlukan seorang rekan, sebab saya seorang lelaki tua yang akan merasakan kesepian bila mereka tidak seringkali bertandang. Selain itu, saya memang sendirian di dalam rumah tuaku yang besar, serta saya percaya mereka senang jika ada di sini, dibanding rumah kontrakannya yang sempit.
Ibunya Yoyok sudah wafat sebab kanker sebelum Mirna masuk dalam kehidupan kami. Sebetulnya, tanpa ada mereka, saya betul-betul akan jadi orangtua yang kesepian. Saya masih merindukan isteriku, apabila saya begitu meratapi itu, saya fikir, kesepian itu akan memakanku. Tetapi pekerjaanku di perkebunan dan kunjungan mereka, sudah menyibukkanku. Begitu repot sekedar untuk patah hati, serta begitu repot untuk cari wanita untuk isi tersisa hidupku . Saya tidak begitu bikin pusing kerinduanku pada figur wanita. Tidak begitu.
Bayi mereka lahir, serta jadi penerus keturunan keluarga kami. Kami benar-benar menyayanginya. Serta kehidupan terus berjalan, Yoyok meneruskan pendidikannya untuk gelar MBA, serta Mirna kerja jadi Teller dalam suatu Bank swasta.
Kunjungan mereka padaku tidak beralih sedikitpun, hanya perbedaannya saat ini mereka seringkali bawa beberapa bingkisan juga. Tentunya, diasamping itu peralatan bayi, beberapa popok, mainan serta makanan bayi.
Beberapa waktu lantas Mirna serta bayi mereka hadir waktu Yoyok masih di kelasnya. Ia duduk dari sana menggendong bayinya di lengannya. Ia sedang berupaya untuk menidurkan bayinya. Saya tidak tahu triknya, tetapi panorama itu entahlah bagaimana sudah menggelitik kehidupan seksualku.
“Ngomong-omong… kapan Ayah akan selekasnya menikah ?” ia menanyakan dengan getaran pada suaranya.
“Aku tidak tahu. Saya keliatannya belum begitu memerlukan kedatangan seorang wanita dalam hidupku. Apalagi, saya sudah mempunyai kalian yang menemaniku.”
“Aku tidak bicara mengenai rekan. Saya sedang bicara masalah sex.” matanya mengedip kearahku waktu ia bicara.
“Apa?”
“Ayah tahu, sex.” ia nyaris ketawa saat ini. “Ketika seorang lelaki serta wanita telah telanjang serta mainkan bagiannya masin-masing?”
“Ya, saya tahu sex,” saya bela diri. “Lagipula kamu fikir darimanakah suamimu berasal?”
“Yah, saya cuma cemas jika Ayah telah melupakannya. Maksudku, apa Ayah tidak merindukan hal tersebut?”
“Terima kasih atas perhatianmu, tetapi saya telah begitu tua untuk hal semacam itu.”
“Hei! Lelaki tidak pernah jemu dengan hal tersebut. Minimal demikianlah dengan putramu.”
“Anakku tambah lebih muda dariku, serta ia memiliki seorang istri yang cantik.”
“Terima kasih, tetapi saya tetap memandang Ayah membutuhkannya,” ia mengutamakan suaranya pada kata ‘Ayah’.
“Terima kasih telah bercakap,” kataku, masih terdengar seru. Sedikit ada interval pada pembicaraan itu, waktu ia masih mendesak kehidupan seksualku. Saya fikir bukan urusannya untuk mencampuri hal tersebut walau terkadang saya memikirkannya juga.
Ia pandang bayinya, yang pada akhirnya tertidur, serta memberikannya satu senyuman rahasia, kelihatannya mereka berdua akan share satu rahasia besar. Masih memandangnya, tetapi ia bicara padaku, “Kalau Ayah mau… saya tidak menampik.”
“Apa!!!?”
“Aku serius.” Mirna menatapku. “Kalau Ayah inginkan aku… Ayah ialah seorang lelaki yang tampan. Ayah memerlukan sex. Selain itu, saya bersedia, kan?”
Saya fikir ia sedang bercanda. Tetapi wanita yang merayu ini sedang tidak bermain-main. Tetapi tetap tidak kemungkinan saya mengerjakannya dengan istri dari anak kandungku sendiri. “Terima kasih atas penawarannya, tetapi kupikir saya akan menampik tawaranmu.” suaraku terdengar penuh dengan kebimbangan waktu mengucapkannya.
Mirna mencibirkan bibir bawahnya, saya tidak dapat menyangka apa yang sedang dirasakannya. Ia masih kelihatan menarik, serta saya merasakan Yoyok benar-benar mujur.
Ia bicara dengan perlahan. “Dengar, Yoyok tidak akan tahu. Maksudku, saya tidak akan menjelaskannya jika Ayah jaga rahasia. Serta bukan bermakna saya tawarkan diriku pada tiap lelaki yang kutemui. Saya bukan wanita semacam itu serta saya dapat mengendalikan supaya seringkali bertandang kesini. Serta saya tahu Ayah menganggapku lumayan menarik kan, karena saya seringkali lihat Ayah memandangi pantatku.”
Saya tidak kemungkinan menyangkalnya. Mirna kemungkinan tidak begitu tinggi, tetapi ia mempunyai bongkahan pantat yang indah di atas ke-2 kakinya. “Ya, kamu memang mempunyai pantat yang indah. Tetapi itu bukan bermakna jika saya ingin berselingkuh dengan menantuku sendiri.”
Ia berhenti sesaat, tetapi Mirna keliatannya tidak akan menyerah demikian saja. “Yah, tetapi janganlah lupa. “Kalau Ayah mau… saya tidak menampik.”
Dan itu awal dari semuanya.
Bersamaan minggu yang berlalu, entahlah di menyengaja atau mungkin tidak, ia seolah tetap berupaya untuk menggodaku, membuat puting susunya sentuh dadaku waktu ia menyerahkan bayinya padaku untuk ku gendong. Atau ia masukan jarinya di mulutnya waktu Yoyok tidak lihat, serta menghisapnya dengan pandangan penuh kesenangan ke arahku. Satu waktu ia duduk di lantai dengan kaki menyilang serta sedang main dengan bayinya, ia memandangku pas di mata, tersenyum, serta sentuh pangkal paha dibalik celana jeansnya. Saya tidak akan lupakan hal tersebut. Serta ia entahlah bagaimana tetap temukan langkah untuk berduaan denganku meskipun sekejap, serta ia memberikan ciuman singkat yang penuh hasrat, pas di bibir. Itu semua dilakukan berkali-kali.
“Kalau Ayah mau… saya tidak menampik,” ia berbisik di belakang Yoyok waktu suaminya itu sedang masukkan DVD pada player.
“Kalau Ayah mau… saya tidak menampik,” ia berbisik waktu mendekat untuk menyodorkan minuman padaku.
“Kalau Ayah mau… saya tidak menampik,” ia membisikkannya setiap saat ia berpamitan.
Serta saat ini, saya bukan dibuat dari batu, serta saya tidak akan katakan kelakuannya itu tidak memberi dampak terhadapku. Mirna benar-benar manis serta mungil, serta walau sesudah melahirkan bayi pertamanya tidak membuat tubuhnya beralih seperti umumnya wanita. Ia masih langsing, serta manis, serta ia tawarkan dianya untuk kumiliki. Tetapi saya tidak akan mengawali langkah awal untuk tidur dengan menantuku sendiri, tidak peduli segampang apa saja itu.
Minimal itu yang masih kukatakan pada diriku sendiri.
Beberapa minggu waktu lalu kami semua bergabung di rumahku untuk lihat laga bola. Saya ambil beberapa kaleng minuman serta sedang ada di dapur untuk mempersiapkan beberapa camilan waktu Mirna ada dari balik pintu itu.
“Hai!” sapanya, buka pintu serta masuk ke dapur. “Ayah telah siap untuk laga kelak?”
“Hampir. Saya sedang membuat makanan untuk keluarga kecil kita, serta saya memiliki beberapa wortel untuk cucuku. Saya fikir ia akan senang serta warnanya sama juga dengan kesebelasan yang akan berlaga kelak, kan?
Mirna ketawa serta mengatakan. “Aku rasa ia tidak akan peduli. Selain itu tidakkah ada hal-hal lain yang lebih baik yang dapat Ayah lakukan untukku?”
“Jangan menggodaku. Saya seorang kakek serta saya akan kerjakan apa yang menurutku akan disenangi oleh cucuku.” saya memandangnya. Mirna berdiri disana menggunakan bandana merah kegemarannya di atas rambutnya yang sebahu. Ia menggunakan kaos yang sedikit ketat yang serta tidak sampai ke pinggangnya, serta pusarnya mengedip padaku di balik kaosnya. Kancing jeansnya membuat terlihat seperti beberapa anak diera bunga tahun 60an, serta ia menggunakan sandal dengan sisi bawah yang tebal yang membuatnya tambah tinggi sepuluh centi. Kuku kakinya dicat merah seirama dengan lipstiknya, serta itu jadi kelihatan dengan benar-benar menarik di balik denimnya. Ia tetap senang kenakan perhiasan, serta ia menggunakannya pada leher, telinga, pergelangan tangan serta di jari kakinya. Ia membuatku berangan-angan bila saja saya masih remaja, jadi saya bisa memacari gadis kelihatannya. Kemungkinan satu waktu kelak saya harus pergi ke universitas serta cari gadis-gadis. Khayalanku berhenti waktu mengerti jika Yoyok serta bayinya tidak mengikutinya masuk. “Mana anggota keluargamu yang lain?” saya menanyakan ingin tahu.
“Mereka akan selekasnya hadir. Yoyok pergi ke toko perkakas untuk beli perlengkapan mesin pencuci yang rusak. Ia ingin membawa juga anaknya. ‘Perjalanan ke toko perkakas yang pertama bersama dengan Ayah’ kurasa yang disebutkannya padaku.” ia tersenyum. “Apa Ayah mempersoalkan waktu kali pertamanya ajak Yoyok ke toko perkakas?”
“Aku tidak ingat,” saya mengatakan dengan garing.
Mirna mendekat padaku, serta meletakkan tangannya memutari leherku. “Ini peluang Ayah. Jika Ayah mau… saya tidak menampik.”
Mirna memandangku pas di mata serta mengusung tubuhnya serta menciumku lama serta liar. Saya ingin mendorongnya, tetapi saya tidak tahu dimana saya harus meletakkan tanganku. Saya tidak ingin sentuh pinggang telanjang itu, apabila saya meletakkan tanganku di dadanya saya pasti sentuh puting susunya. Waktu saya masih kaget serta bingung, saya dapatkan diriku nikmati ciumannya. Ini telah kelamaan, serta saya merasakan sudah lupa akan rasa lapar yang mulai berkembang dalam diriku.
Pada akhirnya saya hentikan ciuman itu serta mundur serta melepas tangannya dari leherku. “Kita tidak dapat mengerjakannya.” saya coba menyampaikannya secara halus, tetapi saya takut itu kedengaran seperti rajukan.
“Ya kita dapat.” Mirna kembali meletakkan lengannya di leherku serta menggerakkan bibirku ke arahnya. Ada hasrat yang lebih dalam ciuman kesempatan ini, serta pada akhirnya penerimaanku. Kesempatan ini waktu kami berhenti, sedikit ada kekurangan udara antara kami berdua, serta saya makin merasakan sedikit ragu.
BACA JUGA : Mama Muda Yang Menggairahkan
Mirna memandangku dengan binar di matanya serta satu senyuman di bibirnya. “Ayah menginginkanku. Saya dapat merasakan. Ayah tidak memperoleh wanita satu tahun akhir-akhir ini, serta Ayah tidak memiliki tempat untuk melampiaskannya. Serta saya inginkan Ayah. Jadi nantikan apa lagi…”
Pada bagian ini saya tidak dapat memberi komentar. Saya menginginkannya. Tetapi saya tidak bisa meniduri menantuku, dapatkah saya? Tetapi saya inginkan ia. Saya merasakan pertahananku melemah, serta waktu Mirna menciumku , saya jadi sedikit kaget waktu mengerti diriku membalas ciumannya dengan rakus..
“Mmmmm. Itu lebih baik,” tuturnya waktu kami berhenti untuk ambil nafas. Mirna menarik tangannya dari leherku serta mulai melepas kancing celanaku waktu menciumku kembali lantas ia mundur. Jadi ia dapat lihat waktu ia melepas kancing jeansku, turunkan resletingnya, serta merogoh ke untuk keluarkan barangku. Saya kaget waktu kelihatan jadi terlihat semakin besar di pegangan tangannya yang kecil. Satu tahun telah tidak disentuh oleh wanita , serta bereaksi secara cepat, jadi keras serta cairan pre-cumnya keluar waktu ia mengocoknya secara halus.
Mirna mundur serta duduk. Waktu kepalanya turun, ia tempatkan bibirnya di pangkal penisku yang basah. “Aku rasa saya suka pada memiliki bentuk,” bisiknya sekalian memandang mataku. Selanjutnya ia buka mulutnya serta dengan perlahan-lahan masukkan penisku ke mulutnya. Ke serta lebih dalam penisku masuk dalam mulutnya yang lembut, hangat serta basah, serta saya merasakan ada di vagina yang basah serta kenyal waktu lidahnya menari di penisku. Pada akhirnya saya merasakan sudah ada sedalam yang ku dapat, bibirnya sentuh rambut kemaluanku serta kepala penisku ada entahlah dimana jauh di tenggorokannya. Penisku tanpa ada berasa mengejang, serta pinggangku bergerak bersimpangan arah dengannya, serta siap-siap untuk menyetubuhi mukanya.
Tetapi Mirna perlahan-lahan menghindari mulutnya dariku, memunculkan suara seperti sedang mengemut permen. Waktu ia bangun untuk menciumku , saya arahkan tanganku antara pahanya. Saya gosok jeansnya serta ia menggeliat karena itu. “Mmmm, itu tentu nikmat,” tuturnya. “Tapi agar saya membuat bertambah gampang.”
Mirna melepas kancing celananya serta turunkan jeansnya, sekalian ngangkang menunjukkan celana dalam katunnya yang bergaris-garis. Kami lihat ke bawah pada ruang gelap di bawah sana dimana kewanitaannya bersembunyi, dan saya sentuh perutnya yang kencang serta terus turunkan celana dalamnya.
Mirna mengeluh dalam kesenangan waktu tanganku sampai targetnya di balik celana dalamnya. Vaginanya terasanya selembut pantat bayi, serta saya sadar jika ia tentu sudah mencukurnya sebelum kesini. Berasa basah serta licin oleh cairan kewanitaannya serta membuatku takjub karenanya tidak memunculkan sisa basah di luar cdnya. Waktu tanganku menyelusup di balik bibir vaginanya serta sentuh klitorisnya yang mengeras, ia pejamkan matanya serta mendesak bersimpangan arah dengan jariku.
Mirna meletakkan salah satunya tangannya di leherku serta menggerakkan kami untuk satu ciuman intens selanjutnya sedang tangannya lainnya mengocok penisku serta tanganku terus bergerak dalam lubang basahnya. Waktu kami berhenti untuk bernafas, Mirna mundur serta menjelaskan suatu hal yang mengagetkan, “Yoyok hadir.”
Saya selekasnya melepasnya serta ke arah jendela. Ya, mobil Yoyok kelihatan di jalan sedang ke arah kesini. Mirna tentu menyaksikannya dari balik bahuku waktu kami sama-sama mencumbui leher. Mendadak perasaan bersalah hadir mencengkeram sebab nyaris diketahui. Saya tidak yakin apa yang nyaris kami kerjakan. Dengan terburu-buru saya gunakan kembali celanaku, tetapi Mirna menghentikanku serta tangkap tanganku serta meneruskan kocokannya.
“Hei, jangan. Tidak segampang itu Ayah bisa mengakhirinya. Saya sudah menanti kelamaan untuk ini.”
“Tapi Yoyok hampir hadir! Ia akan lihat kita!”
Mirna keluarkan penisku serta berjalan mengarah meja dapur. “Ini perjanjiannya,” tuturnya. “Aku tidak akan mengadu pada Yoyok mengenai apa yang barusan kita kerjakan jika Ayah bisa keluarkan semua sperma Ayah dalam vaginaku sebelum ia sampai kesini.” Sekalian mengatakan demikian, ia turunkan celananya sampai lutut serta membungkuk di meja itu.
“Dia selekasnya hadir!” nyaris saya teriak.
“Tidak.” Mirna membentangkan kakinya sejauh celananya sangat mungkin karena itu serta ia memandangku melalui bahunya. “Dia harus menggendong bayi serta keluarkan semua barangnya. Umumnya ia membutuhkan beberapa waktu. Saat ini kemarilah serta setubuhi saya.”
Mirna sudah telanjang dari pinggang sampai kaki, serta ia meminta padaku supaya selekasnya masukkan kontolku dalam memek indahnya. Saya memandang dua lubang yang mengundang itu. Pantatnya demikian kencang serta saya tidak terganggu waktu lihat lubang anusnya yang berkerut kemerahan, serta di bawahnya, bibir vaginanya yang merah, kelihatan mengkilap basah. Kakinya tidak sejenjang mode, tetapi lebih kecil serta berasa cocok, serta saya memikirkan bercinta dengannya beberapa saat.
Tangannya bergerak kebelakang antara pahanya serta tempatkan tangannya pada vaginanya. Dengan dua jarinya dilebarkannya bibir vaginanya sampai terbuka, serta saya bisa lihat lubang merah mudanya mengundang penisku supaya selekasnya masuk. “Ayo,” tuturnya. “Ambil saya.”
Saya tidak tahu apa ia sedang bercanda waktu menjelaskannya. Yoyok ataulah bukan, rangsangan ini lebih dari cukup untuk mereguk birahinya. Saya mengambil langkah ke belakang menantuku serta tempatkan penisku di kewanitaannya. Waktu saya menggerakkan penisku melalui lubang surganya yang sempit, saya bisa merasai jari Mirna meredam bibir madunya supaya masih terbuka, serta ia melenguh waktu saya menggenggam pinggangnya serta masukkan diriku kepadanya.
Mirna sudah benar-benar basah sampai saya dengan gampang melalui vagina mudanya yang sempit. Saya mulai mengayunkan barangku di dalamnya, beberapa didorong oleh nafsu akan badan menggairahkannya serta beberapa oleh rasa takut bila Yoyok memergoki kami. Mirna mengeluh, serta saya bisa merasai jarinya menggosok kelentit serta bibir vaginanya sendiri. Nafasnya mulai tersengal, serta sesudah beberapa goyangan dariku, ia selekasnya orgasme. Suara rengekan perlahan keluar dari bibirnya waktu ia menerkam tepian meja dengan kuat, serta letupan orgasmenya mengguncang kami berdua waktu saya menghentaknya.
Itu cukup untuk menghantarku. Saya tidak terkait dengan wanita dalam satu tahun ini, serta saya tidak pernah memperoleh yang sepanas Mirna. Saya meredam nafas serta menggerakkan semua kelaki-lakianku ke dianya. Kami mematung, dan spermaku menyemprot dengan hebat jauh di surganya. Terasanya saya sudah mengguyurnya dengan sperma yang panas serta berlebihan. Ia mengeluh dalam nikmat, menggetarkan pantatnya di sekitar penisku waktu saya kosongkan persediaan benihku. Ia melemah bersamaan dengan habisnya spermaku, serta kami pada akhirnya berhenti bergerak, terkecuali untuk ambil nafas.
Takut Yoyok akan tiba sebelum kami sempat melepas diri, saya mengeluarkan diriku dari tubuhnya dengan bunyi plop yang basah, lantas mundur menjauh serta kenakan celanaku. Mirna tetap berbaring tertelungkup di atas meja merasai kehangatan kombinasi cairan birahi kami, pantat telanjangnya tetap memanggilku. Saya lihat spermaku serta cairannya mulai meleleh keluar dari bibir surganya. Saya palingkan muka serta lihat Yoyok hampir sampai di pintu belakang, bayi di tangan yang satu serta belanjaan di tangan yang lain.
Saya kembali serta meminta pada Mirna. ” Ayolah!” kataku. “Kamu sudah peroleh keinginanmu. Ia hampir sampai kesini.”
Mirna bangun, tatapan matanya masih terlihat bingung. Ia bergerak ke depanku, menjadikanku jadi penghambat dari pandangan suaminya waktu ia dengan terburu-buru menggunakan celananya.
“Apa kalian telah siap untuk kompetisinya?” bertanya Yoyok sekalian buka pintu.
“Ya,” saya menjawab dari balik punggungku waktu saya diam untuk menghambat Mirna yang meningkatkan resletingnya. Sesudah ia usai, saya selekasnya kembali untuk menyongsong Yoyok.
“Ini,” tuturnya, menyodorkan bayinya padaku serta menempatkan belanjaannya di atas meja dapur.
“Urus ini, saya akan ambil popok bayi.” Yoyok mengambil langkah ke pintu yang masih terbuka, serta saya mendekati Mirna. Ia masih kelihatan sedikit bingung.
“Hampir saja,” kataku.
“Sini, agar saya yang menggendongnya.”
Saya beri bayinya. Mirna memberikan panorama seraut muka dari seorang wanita yang senang setelah bersetubuh, serta memberikan ciuman hangat yang basah.
“Masih ada satu hal yang perlu kuketahui,”katanya.
“Apa itu?”
Jika saya ingin, dapatkah saya memperolehnya esok?”
Serta ia melangkah demikian saja tanpa ada menanti jawabanku yang cuma melongo bengong. Ia percaya jika saya akan bersed
0 komentar: